Kamis, 09 Desember 2010
Titik Terendah
Selasa, 23 November 2010
35 soal, 3 hari...???
Sabtu, 20 November 2010
my heart will go on
The Journey of My Aims
Selasa, 26 Oktober 2010
Selamat Tinggal Cinta
Dulu aku sempat tertarik padamu...
Dulu aku sempat menjadi pemujamu...
Dulu aku sempat berharap menjadi milikmu...
Dan dulu kau merasakan hal yang sama terhadapku...
Tapi,,,
Mengapa kau tanggalkan rasa itu...???
Aku memang telah pergi dari kehidupanmu...
Tapi,, bukan berarti aku pergi untuk selamanya...
Aku pergi untuk kembali padamu...
Ah,, sayangnya kau tak pernah tahu dan mempercayaiku...
Sampai akhirnya...
Kau berubah...
Tak lagi ada aku di hatimu...
Aku tak menyerah...
Ku tunggu kau dengan segenap jiwa...
Berharap sang Maha Cinta,,,
memberimu lagi cinta untukku...
Bertahun-tahun kujaga cinta ini...
Tak secuilpun tanda-tanda kehadiranmu...
Malah,, kau semakin jauh...
Jauh dalam gapaianku...
Sekarang aku mulai lelah dengan cinta ini...
Aku mulai lelah menjaga kesetiaan ini...
Aku sudah lelah menanti,, dan terus menanti...
Aku rasa tak perlu lagi ku teruskan cinta ini...
Meskipun cinta itu semakin dalam,, dan semakin dalam...
Namun aku tahu,, cintamu tak pernah lagi ada untukku...
Sabtu, 18 September 2010
Hukum di Mataku
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Pasal 1 ayat 3, yang berbunyi: ”Negara Indonesia adalah negara hukum.” Lantas, timbul satu pertanyaan. Apakah latar belakangnya sehingga kita mengklaim negara kita sebagai negara hukum?
Cobalah sejenak kita tilik sejarah negara kita. Sejak zaman dahulu, masyarakat kita sudah mengenal hukum tak tertulis, yang disebut hukum adat. Masing-masing suku memiliki hukum adatnya sendiri. Masyarakat amat tunduk dan patuh terhadap hukum adat tersebut, meskipun barangkali tak pernah ada yang mengumumkan apa saja aturan yang berlaku di suku tersebut. Semua orang tunduk dan patuh terhadap aturan yang berlaku di daerahnya. Para pemimpin amat mencintai dan memperhatikan rakyatnya. Begitupula dengan rakyatnya, sangat menghormati pemimpinnya. Masyarakat hidup berdampingan, penuh toleransi, aman, dan tenteram. Bisa anda bayangkan betapa nyamannya hidup kala itu. Kita ingat saat kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit berjaya. Meskipun wilayah kekuasaannya lebih luas daripada luas wilayah Indonesia saat ini, rasa-rasanya rakyat masih bisa hidup lebih layak dan sejahtera. Anda tahu kenapa? Karena, tingkat kesadaran hukum dan moralitas yang tinggi di kalangan masyarakat. Mereka akan merasa malu dan hina jika melanggar hukum adat yang ada. Dan karena itu jugalah tingkat kriminalitas saat itu terbilang kecil.
Lalu, bagaimana dengan realitas kehidupan sekarang?
Dalam hidup memang harus ada hukum atau aturan. Karena jika tidak, tentulah kehidupan ini sudah kacau-balau. Sebagai masyarakat awam, saya melihat banyak orang yang mengernyitkan dahi jika ditanya tentang hukum. Entah apa yang ada di pikiran mereka. Yang jelas, ada hawa menyudutkan dari sorot mata mereka. Diantara mereka ada yang mengidentikkan hukum dengan korupsi, koruptor. Ada pula yang mengatakan kalau hukum itu sama halnya dengan politik, kotor.
Saya teringat dengan pernyataan yang saya sampaikan kepada kakak kelas saya bahwa setelah lulus SMA nanti saya ingin melanjutkan sekolah di jurusan hukum. Beliau sedikit terperangah, karena setahu dia, dulu saya tidak tertarik dengan bidang hukum, meskipun saya anak dari seorang praktisi hukum. Saat ditanya kenapa, saya hanya menjawab, ”Cari peluang kerja. Kalau di hukum kan lumayan banyak juga.” Beliau lalu sedikit menasehati saya. ”Hati-hati lho dek. Mahasiswa hukum saja sudah banyak yang belajar korupsi.” Entah hal tersebut yang gumuni atau memang saya yang gumunan, saya merespon dengan mulut menganga dan berkata, ”Waw!” Benar-benar miris. Mahasiswa hukum yang nantinya menjadi tumpuan negara ini justru sudah belajar ngorup. Na’udzubillahi min dzalik. Inikah gambaran hukum di masa mendatang. Kapan negara ini akan maju kalau begitu caranya?
Hukum tak melulu diidentikkan dengan korupsi. Nyatanya ayahku masih bersikap bersih dan adil dalam menjalankan tugasnya. Imej buruk tersebut amat sangat tidak layak untuk ditujukan kepada ayahku. Sebagai pemeluk Islam, ayahku benar-benar memegang teguh ajarannya. Ayahku seorang yang taat beragama dan tentulah takut terhadap dosa. Ayahku juga percaya bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini pastilah mendapat balasan di hari akhir nanti. Maka dari itu, ayahku sangat amanah dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Meskipun berat dan aral sering menghadang, ayahku tetap teguh dengan apa yang diyakininya, yaitu kejujuran. Sikap itulah yang selalu beliau tanamkan kepada anak-anaknya. Beliau juga sering bercerita saat sedang sidang dalam penyelesaian sebuah perkara. Banyak hal-hal lucu, menarik, dan menegangkan dari apa yang kusimak dari cerita ayah. Itulah yang membuatku tertarik dengan hukum. Bagiku hukum itu adalah seni. Ada permainan akal dan hati, yang disusun menjadi sebuah strategi dalam menyelesaikan perkara. Hukum itu indah, jika didasari dengan sebuah kejujuran, keikhlasan, dan bersyukur terhadap pemberian Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Saat tulisan ini kubuat, aku masih duduk di bangku kelas XII SMA. Kelak, akan kutunjukkan pada dunia tentang seni dan keindahan hukum. Akan kuturutkan keinginan orang tuaku. Tujuanku ingin menjadi seorang hakim yang arif, bijaksana, dan bersih. Alternatifnya, aku ingin menjadi seorang dosen dan menjadi ahli hukum, dan jika Allah menghendaki, aku juga ingin menjadi seorang menteri hukum dan HAM dan mengajak seluruh lapisan masyarakat agar sadar dan taat hukum. Dan suatu hari nanti kau akan tahu kawan, betapa indahnya seni hukum jika kau mampu menghayatinya.
Karanganyar, Mendala, Sirampog, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah,
11 September 2010, selesai pukul 21.32 WIB.
Senin, 16 Agustus 2010
Minggu, 11 Juli 2010
Berhati-Hatilah dengan yang Satu Ini
Apa kabar hari ini??
Sekadar informasi.
Mungkin beberapa dari anda sudah mengetahui berita tentang kebohongan besar yang dilakukan oleh www.thealquran.com.
Berawal dari sms dari seorang teman yang isinya mengatakan bahwa kita perlu berhati-hati jika membeli Alquran yang dicetak dalam edisi terbaru. Karena ada empat surat palsu ciptaan kafir laknatullah, yaitu: al-iman, al-wasaya, al-tasajud, al-muslimin. Dan jangan membuka situs www.alquran.com (father Zakaria), karena semua isinya adalah palsu.
Seketika hati saya terhenyak. Muncul beragam pertanyaan di kepala saya. Apakah itu benar adanya?? Mengapa ada larangan untuk tidak membuka laman web tsb?? Bagaimana kita bisa mengetahui isinya jika tidak membuka laman web tsb??
Kemudian saya membuka laman www.thealquran.com. Karena salah ketik, maka Google menuntun saya menuju laman yang dimaksud. Ada banyak hasil dari pencarian tersebut. Saya lalu membuka tiga laman sekaligus, yaitu:
- www.thealquran.com
- fakta penipuan di thealquran.com
- salyz.multiply.com
Yang pertama kali saya buka adalah www.thealquran.com. Tahu bahwa laman ini berbahasa Inggris, yang memakan waktu untuk menerjemahkannya, saya mengalihkan ke laman salyz.multiply.com. Isinya sama seperti isi sms dari teman saya.Kemudian saya membuka laman fakta penipuan di thealquran.com. Isinya tentu saja mengulas tentang kekeliruan dan kebohongan di thealquran.com. Saya sarankan anda untuk membukanya sendiri.
Selanjutnya, saya kembali pada laman www.thealquran.com. Lalu saya klik button 'Quranic Errors'. Hasilnya?? Cukup membuat mata saya terbelalak. Kemudian saya mencocokkan penjelasan yang ada pada laman tersebut (yang menurut www.thealquran.com ada ketidakpasan antara penjelasan Alquran dengan sejarah) dengan Alquran terjemah yang saya punya. Ketahuilah saudara-saudaraku, www.thealquran.com telah melakukan suatu kebohongan besar yang sengaja untuk mengelirukan umat Islam.
Menurut saya mereka (www.thealquran.com.red) menggunakan acuan yang salah dalam penjelasan mereka yang seolah-olah ingin menyalahi isi Alquran. Padahal sebagimana telah kita ketahui bahwa Alquran adalah kalam Allah yang benar, tiada cacat celanya, dan selalu dilindungi keasliannya oleh Allah.
Meskipun cukup terlambat bagi saya mengetahui hal ini, tapi tak ada salahnya jika saya menyebarkan berita ini kepada saudara sekalian. Tolong forward ke saudara-saudara anda agar tidak terpedaya.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Wallahu a'lam.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Rabu, 07 Juli 2010
Kamis, 01 Juli 2010
Sadarkah Kamu?
Dewasa ini, orang" udah salah kaprah dalam pemakaian bahasa indonesia, terutama bahasa baku. Tapi, yg bikin stress, jarang banget orang yg nyadar sama kesalahkaprahan itu. Huh,,, ampun deh.
Logikanya, kita kan udah bisa ngomong bahasa indonesia dari kecil, mestinya usia 16 tahun ke atas udah jago dong. Faktanya justru berbanding terbalik. Yg tahu dan yg benar malah dicibir.
Di dunia sekolah, bahasa Indonesia jadi pelajaran yang amat disepelekan. Para siswa bilang sih bahasa Indonesia itu gampang, gak perlu dipelajarin, toh kita udah berbahasa Indonesia dari kecil. Eits, jangan berbangga hati dulu. Justru bahasa Indonesia itu pelajaran yg sulit. Terbukti, kurang titik atau koma aja langsung disalahin. Ribet kan. Contoh konkret lain, saat Ulangan Bahasa Indonesia. Apalagi kalau soalnya pilihan ganda. Yang mereka lakukan hanyalah mengernyitkan dahi. Butuh konsentrasi, kecermatan, ketelitian, dan kemampuan menganalisis yang tinggi untuk ngerjain soal" itu. Kalau udah gini, baru deh mereka nyadar. Bahasa Indonesia memang sulit.
Kesulitan tingkat dua, mengarang. Nah lho, kok bisa? Ya iya lah bisa. Tonton aja tuh temen" kalian kalo dapet tugas mengarang. Apalagi kalo deadlinenya singkat banget. Ada aja alasan buat nolak tuh tugas. Waktunya kurang lah, gak ada ide lah, susah lah. Hmmm, sejatinya mengarang itu hal yg mengasikkan (dari pada maen bola, karna gw gak suka bola).
Kalo gw sih geleng" kepala aja liat tingkah temen" gw yg pesimis itu. Ibaratnya, gagal sebelum bertanding. Sebenernya mereka males aja mikir. Ini nih yg bikin ribet lagi. Indonesia mana mungkin maju kalo generasi mudanya pada males mikir. Gak bakalan ada para pemikir besar yang mendorong Indonesia untuk maju. Padahal majunya suatu negara karena adanya pemikir" besar. (Makin ngelantur aja gw)
Kembali ke benang merah. Intinya butuh kesadaran dari masing" individu tentang pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kalo berbahasa Indonesia yang baik dan benar, kan yang dengerin juga enak.
Satu kalimat untuk kalian semua. Berbahasa Indonesialah yang baik dan benar, karena itulah jati diri kita.
(Jangan marah ngliatin gaya bahasa en tulisan gw yg kelihatan salah kaprah gtu. Gw pke bahasa non baku lisan. Jadi harap maklum yee)
Salam cinta seribu bahasa untuk warga Indonesia.
Allahu Akbar!!!
Sabtu, 26 Juni 2010
dy (Dia)
dy tg dpt q raih
sgla asa, cnta, dn pngharapan, seakn smwax srna
sjlan dg smwa kkangan yg q trma
tag bskah mreka mngrt dr.q.?
q hny mnusia lmah tag bdaya
q tag ingnkn nui
tp nui dteng bgt jja
tlng jngn pksa q tug jd Xan
q pnya jwa ndri yg sll bcra dg ht
jngn pksa aq krna
aq tag kn sudi lg mlhat.m0e
Jumat, 25 Juni 2010
Aku dan Asaku
yang kuungkapkan lewat puisi
Semua bebas terlepas
Membenamkan galau di jiwa
Puas kucurahkan,
Kutanamkan lagi bibit-bibit kebahagiaan
yang nantinya akan kupanen juga
Asa telah membumbungku jauh
ke langit yang tiada berujung
Silau terpaan cahaya kuning keemasan
Melambungkan cita nan cemerlang
Sunggingan senyum terus terpancang
Dari setiap pasang mata yang kulihat
Lagi,
Asa membawaku membumbung jauh ke atas langit
Sang Cinta
Kugambarkan rautan wajahmu
Parasmu begitu memesona
Menebarakan sejuta karisma yang mendebarkan hati kaum lelaki
Sinar keemasan yang kau pancarkan
Menimbulkan kekuatan sekuat medan sang magnet
Ruang kehampaan yang merindu
Seakan padat merayapi relung cinta dari sang hati
Begitu spontan
Menghenyakkan titik kehidupan
Arti Sebuah Kilauan
Pertanda kasih, pertanda sayang
Dunia seakan seindah kilau permata
Guratan nyawa di dalamnya
Membawa hasrat yang terbenam di jiwa
Sungguh tersembunyi
Dari dalam ia menatap penuh kerinduan
Menatap cinta yang
begitu menggelora di dalam jiwa
Aku disini berdiri
Merenung . . .
Seberapa pantaskah bila ku merasakan
kilauan permata itu?
Seberapa kuat jika aku merasakan
dahsyatnya dentuman hati
akibat pancaran kilauan itu?
Sungguh, aku tak sanggup membayangkannya
Sejatinya, aku tak perlu memikirkan permata itu
Aku juga tak perlu membayangkan seperti apa permata itu
Karena, semakin ku bayangkan dan ku pikirkan
Aku tak akan pernah tau seperti apa dan bagaimana
Meskipun begitu,
Aku akan selalu tetap merasakannya
Purwodadi, 13 April 2009
17.39
Serabut-Serabut Romansa
Aneh…
Jangankan menyiraminya
Menanampun tidak
Tapi bagaimana mungkin bisa terjadi
Apakah ini takdir?
Akar-akar itu tumbuh kuat
penuh kekuatan
Bagai harmoni indah
Serabut-serabut itu telah menjalar
Di seluruh ruang hampa kerinduan
Ulah Si Boni
Bukan hanya di rumah, tapi juga di sekolah. Semua kekesalannya ia timpakan kepada teman-temannya bahkan para guru juga ia libatkan. Menaruh lem di bangku teman, mengambil buku PR teman, menaruh tikus putih di laci guru, adalah beberapa hal dari kejahilannya. Itu belum seberapa. Masih banyak lagi yang lebih parah. Diapun mendapat hukuman dari Bu Ully, wali kelasnya.
Sepulang sekolah, Boni tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir dulu ke play station dekat sekolahnya. Jam 15.00 dia baru sampai di rumah. Di rumah papa dan mama sudah menunggunya. Baru sampai depan pintu, Boni mendengar suara papa.
“Boni, dari mana saja kamu! Jam segini baru pulang. Papa sama mama ‘tu khawatir!” bentak papa pada Boni.
“I..i..iya, pa. Maaf deh, lain kali enggak.” ungkap Boni lirih.
“Iya. Dan gara-gara kamu juga, kakak jadi enggak bisa maen, deh!” ucap kak Cella dengan nada tinggi.
Lalu, Boni masuk ke kamarnya. Boni membanting pintu kamarnya. Didalam, dia merenung di depan jendela. Dia begitu seksama memperhatikan beberapa anak yang sedang bermain layangan. Dia juga ingin main. Tapi, dia baru saja dimarahi papa. Bagaimana mungkin dia bisa bermain.
Mata Boni tertuju pada kasur berwarna biru bercorak Spiderman miliknya. Badannya sudah tak kuat lagi menyangga tubuhnya yang super besar. Matanya cepat sekali terpejam.
Sudah pukul 17.00. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Alangkah terkejutnya Boni ketika ia melihat papa, mama dan kak Cella berdiri di depan kamarnya membawa sebuah kue tart.
“Ada apa ini? Kok pake bawa kue segala? Emangnya ada yang ulang tahun?” tanya Boni bingung.
“Lho, kamu lupa, ya? Inikan hari ulang tahun kamu, sayang?” ucap mama meyakinkan.
“Iya, masa lupa sih sama ulang tahun sendiri?” ejek kak Cella.
“Ya ‘nggak lah! Masa iya aku lupa. Dari tadi pagi ‘tu aku marah, gara-gara kalian semua lupa sama hari ulang tahunku!” aku Boni.
“Oh, jadi itu yang buat kamu marah dan uring-uringan?” tanya papa.
“He…he…he…” kata Boni.
“Huuuu… dasar kamu!!!” teriak kak Cella.
Kemudian mereka semua memakan kue tart bikinan bi Ijah sampai habis tak tersisa. Kalian tahu kan, siapa yang makan paling banyak???!!?!???!!!!????