Kamis, 09 Desember 2010

Titik Terendah

Kamis, 09 Desember 2010
Aku pikir, ini saat yang tepat bagiku untuk memutar roda kehidupanku...
Ya, memang sudah saatnya roda itu berputar ke atas...
Karena sudah terlalu lama aku berada di bawah...

Tapi kenapa, disaat kumulai semua ini, justru kekecewaan yang ku dapat...
Aku tak mengerti...
Aku coba menelaah, sekiranya ada yang salah dari diriku...
Dan memang benar, ada yang terlupa...

Benar memang, usaha tanpa doa itu percuma dan doa tanpa usaha itu sia-sia...
Laiknya sekarang...
Aku terlalu sombong...
Aku terlalu menyepelekan...
Aku terlalu percaya diri hingga kulupa akan ketidakmampuanku...

Kumisalkan kemampuanku 100...
Seharusnya aku bisa melebihi angka 100...
Tapi justru sebaliknya, aku malah berada di bawah angka 100...

Sakit hati, kecewa, lemas rasanya tubuhku...
Ini memang kesalahanku...
Kesalahan yang selalu aku sadari, tapi selalu pula kuulangi...

Bodoh...
Apa sebenarnya mauku...???
Aku tahu, ini penentuan dan harga mati untukku...
Tapi, aku di ambang kegagalan, ku kecewakan diriku sendiri, dan aku mengubur impianku sendiri...

Aku takut, jika Allah tak memberiku kesempatan di babak awal ini...
Padahal semua orang tahu, seberapa berharapnya aku dengan hal ini...
Dan aku tak hanya kecewakan diriku sendiri, tapi aku juga kecewakan orang tuaku..

Maaf beribu maaf...
Kesalahan yang sama telah kuukir kembali...
Tapi sungguh, aku benar-benar menyesal...

Kupikir, ini saatnya kawan menjadi lawan...
Bukan dalam hal kehidupan sosial...
Tapi, dalam hal pelajaran dan persaingan di ujian nasional dan seleksi masuk perguruan tinggi...
Diluar itu, mereka tetap kawanku...
Sahabatku...

Aku tak boleh menyerah begitu saja...
Aku sudah mendapatkan hidayah dan kemauan dari Allah...
Aku tak boleh membiarannya pergi begitu saja dari diriku, karena begitu sulitnya mendapatkannya...

Dan semoga Allah masih memberiku kesempatan di babak awal ini...
Semoga ku dapatkan apa yang aku inginkan dan apa yang seharusnya jadi takdirku...
Karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak merubah nasib mereka sendiri...

Aku selalu percaya bahwa rencana Allah jauh lebih indah bagiku daripada rencanaku...
Tapi, tolong dengarkan pintaku ya Allah, kabulkanlah doaku, semoga ini petunjuk terbaik darimu...
Terima kasih juga ya Allah karena sudah memantapkan hatiku untuk menentukan pilihanku...

Aku ingin membahagiakan orangtuaku...
Aku ingin membayar kekecewaan ibuku...
Aku ingin menjadi yang terbaik diantara yang terbaik...
Aku ingin mencari ridho-Mu...
Aku ingin ini menjadi langkah awal dari perjuanganku yang tak pernah berhenti untuk diriku, keluargaku, agamaku, nusa dan bangsaku...

Sekali lagi ya Allah, kabulkan pintaku agar aku di terima di ptn dan jurusan yang aku inginkan lewat pmdk...
Kalaupun aku gagal di pmdk, maka beri aku jalan di snmptn ya Allah...
Amin ya rabbal'alamin...

Selasa, 23 November 2010

35 soal, 3 hari...???

Selasa, 23 November 2010
hari ni tmen sbangku q gag masuk... jadi brasa kyak anak itik yg khilangan induknya... hihihi... tapi gag mslah...
paling gokil wktu pljran matematika... bu guru nyuruh qt ngerjain soal d bku pket... kalo gak salah ada 20 soal... pas jamnya abis, d tnyain tuh ama bu guru... "wis ntuk pirang nomer cah...???" ada tmen q yg jwab..."6 bu... hehe"
"gusti,, 2 jam pljran ki cuma entuk 6 nomer...??? lha nek 30 soal pilgan d tmbah 5 essay rak 3 dina lagi bar wie..??? wegah aq nek mbok kon nunggoni 3 dina..!!" komentar guru q...
yah,, qt sih cuma cengar-cengir aja... dasar taman kaplak-kaplak...!! ckckck...

Sabtu, 20 November 2010

my heart will go on

Sabtu, 20 November 2010
sejujurnya, kuakui aku masih mencintaimu...
tapi, ada satu pertanyaan yang bergelayutan di pikiranku...
kenapa dia begitu lama tak menghubungiku??
kemana dia??
apa dia sudah melupakanku??
apa aku terlalu membuatnya kecewa??
apa dia sudah benar-benar melupakanku??
melupakan janji yang pernah dia ucap padaku??
bodoh memang kalau dulu aku terlalu mempercayainya...
tapi aku sudah telanjur mencintainya...
sulit bagiku menanggalkan cinta ini...
tolonglah,, maafkan keegoisanku...
aku menyesal...
aku begitu merindukan kamu yang dulu...

The Journey of My Aims

Kedokteran. Itulah alasan mengapa aku memilih jurusan IPA saat kelas X SMA. Cita-cita yang begitu lama bertengger di otakku. Cita-cita karena iming-iming menggiurkan yang di torehkan di khayalku.

Yah, meskipun keinginan menjadi dokter telah memudar saat aku duduk di kelas VIII SMP. Saat itu, kutemukan dunia yang aku cari. Dunia yang menggambarkan aku, diriku, karakterku, dan kesukaanku. Jurnalistik. Sesederhana itulah yang aku impikan. Aku begitu terobsesi akan pekerjaan itu. Bagiku itu pekerjaan yang menyenangkan dan tidak membosankan bagiku. Ketika aku mengutarakan keinginanku untuk menjadi jurnalis kepada ayahku, sontak ayahku menolak. Menurut beliau, buat apa kerja berpanas-panasan, berlarian kesana kemari sekadar mencari sebait berita. "Lebih baik cari kerja yang tidak bekerja fisik, bekerja otak, di ruangan ber-AC, di gedung yang nyaman." seingatku, begitu tanggapan beliau. "Tapi, justru itu yang aku cari. Aku suka. Aku pasti bisa, sanggup, dan mampu." begitu kata hatiku.

Kecewa. Pasti. Setidaknya, aku sudah mendapatkan isyarat ketidaksetujuan dari ayahku. Pada akhirnya asa itu hanya kusimpan di relungku yang terdalam. Berbeda dengan ayahku. Ibuku memberi kebebasan padaku tentang asaku. Ibu mendukungku. Itu karena ibuku juga kuliah di bidang tersebut. Aku senang. Setidaknya aku mendapat lampu hijau dari ibuku. Kubiarkan asa itu bertengger di otakku barang sejenak.

Semakin hari keinginan itu semakin kuat hingga aku berada di kursi kelas X SMA. Aku mulai diliputi dilema saat blanko penjurusan ada di tanganku di akhir tahun ajaran. Jurusan mana yang akan aku pilih? Hasil tes IQ-ku menunjukkan angka 107 untuk IPS dan 106 untuk IPA. beda tipis memang, tapi aku disarankan untuk memilih IPA.

Faktanya, aku memang lebih condong ke pelajaran IPA, meskipun nilai Sosiologiku selalu diatas 90. Tapi, diantara mapel IPS, hanya Sosiologi yang aku bisa. Ekonomi, aku bener-bener angkat tangan. Geografi, belajar sampai jungkir balikpun tetep aja nilaiku jeblok. Selain itu, ayahku masih berkeinginan agar aku menjadi dokter. Alhasil, aku memilih jurusan IPA.

Saat pembagian rapor semester 2, aku sempet ketar-ketir juga. Ada perasaan takut jika nantinya aku masik IPS. Aku memang nggak masuk sekolah saat pembagian rapor. Begitu ibuku pulang, aku langsung nanya hasilnya. Ibuku bilang aku naik dan masuk IPA. Girangnya bukan main hatiku. Huh, paling nggak aku nggak tersiksa di sarang IPS. Dan aku senang, karena dengan begitu aku terhindar dari pelajaran Ekonomi. :D

Banyak aral melintang di kelas XI SMA, terutama pada pelajaran Fisika. Bukan karena pelajarannya yang sulit, tapi karena kelasku mendapatkan guru yang kurang mengenakkan cara mengajarnya. Kami memang kurang beruntung. Untungnya masih ada Kepala Sekolahku yang seorang master fisika. Aku dan teman sekelasku berbondong-bondong privat kepada beliau sekalian curhat juga sih.. hehehe).

Memasuki tahun ketiga di kelas XII SMA, aku baru benar-benar merasa sebagai anak IPA. Tidak seperti kelas XI yang masih bisa bermain-main, aku benar-benar dituntut untuk lebih rajin belajar. Jadwal pelajaranku pun juga membuatku merasa menjadi anak IPA, karena aku mendapatkan semua mapel IPA dalam satu hari pada hari-hari tertentu. Awalnya sulit, tapi lama-lama terbiasa dan menyenangkan.

Aku kembali merasakan dilema saat menentukan tujuanku selanjutnya. Jurusan mana yang akan aku pilih di Perguruan Tinggi nanti. Aku mantap memilih Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP dan aku berencana mengambil PMDK. Tapi, aku kecewa karena ternyata jurusan IPA tidak bisa mengambil PMDK di jurusan IPS. Otakku mulai berfikir. Jurusan apa yang akan aku pilih untuk PMDK? Setelah sekian lama berfikir, aku memilih Pendidikan Kimia FIP UNNES dengan alasan orientasi karier. Jadi aku nggak nganggur saat lulus kuliah nanti dan pekerjaanku jelasm sebagai seorang guru. Kuutarakan niat baikku kepada orang tuaku, dan mereka menyambut dengan baik.

Kemarin, saat liburan Idul Adha di Semarang, ibuku bilang ke Pakdheku tentang pilihanku. Kata Pakdheku nggak usah, dan dengan mantapnya mengatakan, "PMDK Kedokteran aja." Orangtuaku tersenyum dan bertanya tentang tanggapanku mengenai hal tersebut. Aku sih cuma cengengesan aja sembari merenung. Pakdheku saja begitu yakin kalau aku mampu, begitu juga ayahku. Masa aku nggak percaya sama diriku sendiri? Di mobil, ayahku meminta kakak sepupuku untuk menasihatiku sembari membujuk secara tidak langsung agar aku mau sekolah di kedokteran.

Di rumah, saat aku mengobrol dengan ayahku tentang perjuangan kita sebagai umat Islam, ayahku berkata, "Kalau mau berjuang itu harus punya uang." Aku pun berfikir, kalu aku hanya menjadi seorang guru, otomatis aku susah jadi orang kaya. Artinya, aku juga bakal susah untuk berjuang dan beramal untuk agama Islam. Akhirnya dengan mengucap bismillahirrahmaanirrahiim, aku memutuskan untuk mengambil PMDK Kedokteran. Semoga Allah memudahkan jalanku. Mengenai asaku yang lain (Ilmu Komunikasi dan Ilmu Hukum), akan ku jadikan alternatif dari kemungkinan terburuk.

Ya Allah, tunjukkanlah yang terbaik bagi hamba. Mudahkanlah urusan hamba di dunia ini. Dan ridhoilah pilihanku ini. Semoga pilihan ini datang sebagai petunjuk dari-Mu Ya Allah. Hanya kepada-Mulah hamba berserah diri. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Selasa, 26 Oktober 2010

Selamat Tinggal Cinta

Selasa, 26 Oktober 2010

Dulu aku sempat tertarik padamu...

Dulu aku sempat menjadi pemujamu...

Dulu aku sempat berharap menjadi milikmu...

Dan dulu kau merasakan hal yang sama terhadapku...

Tapi,,,

Mengapa kau tanggalkan rasa itu...???

Aku memang telah pergi dari kehidupanmu...

Tapi,, bukan berarti aku pergi untuk selamanya...

Aku pergi untuk kembali padamu...

Ah,, sayangnya kau tak pernah tahu dan mempercayaiku...

Sampai akhirnya...

Kau berubah...

Tak lagi ada aku di hatimu...

Aku tak menyerah...

Ku tunggu kau dengan segenap jiwa...

Berharap sang Maha Cinta,,,

memberimu lagi cinta untukku...

Bertahun-tahun kujaga cinta ini...

Tak secuilpun tanda-tanda kehadiranmu...

Malah,, kau semakin jauh...

Jauh dalam gapaianku...

Sekarang aku mulai lelah dengan cinta ini...

Aku mulai lelah menjaga kesetiaan ini...

Aku sudah lelah menanti,, dan terus menanti...

Aku rasa tak perlu lagi ku teruskan cinta ini...

Meskipun cinta itu semakin dalam,, dan semakin dalam...

Namun aku tahu,, cintamu tak pernah lagi ada untukku...

Sabtu, 18 September 2010

Hukum di Mataku

Sabtu, 18 September 2010

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Pasal 1 ayat 3, yang berbunyi: ”Negara Indonesia adalah negara hukum.” Lantas, timbul satu pertanyaan. Apakah latar belakangnya sehingga kita mengklaim negara kita sebagai negara hukum?

Cobalah sejenak kita tilik sejarah negara kita. Sejak zaman dahulu, masyarakat kita sudah mengenal hukum tak tertulis, yang disebut hukum adat. Masing-masing suku memiliki hukum adatnya sendiri. Masyarakat amat tunduk dan patuh terhadap hukum adat tersebut, meskipun barangkali tak pernah ada yang mengumumkan apa saja aturan yang berlaku di suku tersebut. Semua orang tunduk dan patuh terhadap aturan yang berlaku di daerahnya. Para pemimpin amat mencintai dan memperhatikan rakyatnya. Begitupula dengan rakyatnya, sangat menghormati pemimpinnya. Masyarakat hidup berdampingan, penuh toleransi, aman, dan tenteram. Bisa anda bayangkan betapa nyamannya hidup kala itu. Kita ingat saat kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit berjaya. Meskipun wilayah kekuasaannya lebih luas daripada luas wilayah Indonesia saat ini, rasa-rasanya rakyat masih bisa hidup lebih layak dan sejahtera. Anda tahu kenapa? Karena, tingkat kesadaran hukum dan moralitas yang tinggi di kalangan masyarakat. Mereka akan merasa malu dan hina jika melanggar hukum adat yang ada. Dan karena itu jugalah tingkat kriminalitas saat itu terbilang kecil.

Lalu, bagaimana dengan realitas kehidupan sekarang?

Dalam hidup memang harus ada hukum atau aturan. Karena jika tidak, tentulah kehidupan ini sudah kacau-balau. Sebagai masyarakat awam, saya melihat banyak orang yang mengernyitkan dahi jika ditanya tentang hukum. Entah apa yang ada di pikiran mereka. Yang jelas, ada hawa menyudutkan dari sorot mata mereka. Diantara mereka ada yang mengidentikkan hukum dengan korupsi, koruptor. Ada pula yang mengatakan kalau hukum itu sama halnya dengan politik, kotor.

Saya teringat dengan pernyataan yang saya sampaikan kepada kakak kelas saya bahwa setelah lulus SMA nanti saya ingin melanjutkan sekolah di jurusan hukum. Beliau sedikit terperangah, karena setahu dia, dulu saya tidak tertarik dengan bidang hukum, meskipun saya anak dari seorang praktisi hukum. Saat ditanya kenapa, saya hanya menjawab, ”Cari peluang kerja. Kalau di hukum kan lumayan banyak juga.” Beliau lalu sedikit menasehati saya. ”Hati-hati lho dek. Mahasiswa hukum saja sudah banyak yang belajar korupsi.” Entah hal tersebut yang gumuni atau memang saya yang gumunan, saya merespon dengan mulut menganga dan berkata, ”Waw!” Benar-benar miris. Mahasiswa hukum yang nantinya menjadi tumpuan negara ini justru sudah belajar ngorup. Na’udzubillahi min dzalik. Inikah gambaran hukum di masa mendatang. Kapan negara ini akan maju kalau begitu caranya?

Hukum tak melulu diidentikkan dengan korupsi. Nyatanya ayahku masih bersikap bersih dan adil dalam menjalankan tugasnya. Imej buruk tersebut amat sangat tidak layak untuk ditujukan kepada ayahku. Sebagai pemeluk Islam, ayahku benar-benar memegang teguh ajarannya. Ayahku seorang yang taat beragama dan tentulah takut terhadap dosa. Ayahku juga percaya bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini pastilah mendapat balasan di hari akhir nanti. Maka dari itu, ayahku sangat amanah dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Meskipun berat dan aral sering menghadang, ayahku tetap teguh dengan apa yang diyakininya, yaitu kejujuran. Sikap itulah yang selalu beliau tanamkan kepada anak-anaknya. Beliau juga sering bercerita saat sedang sidang dalam penyelesaian sebuah perkara. Banyak hal-hal lucu, menarik, dan menegangkan dari apa yang kusimak dari cerita ayah. Itulah yang membuatku tertarik dengan hukum. Bagiku hukum itu adalah seni. Ada permainan akal dan hati, yang disusun menjadi sebuah strategi dalam menyelesaikan perkara. Hukum itu indah, jika didasari dengan sebuah kejujuran, keikhlasan, dan bersyukur terhadap pemberian Allah SWT, Tuhan semesta alam.

Saat tulisan ini kubuat, aku masih duduk di bangku kelas XII SMA. Kelak, akan kutunjukkan pada dunia tentang seni dan keindahan hukum. Akan kuturutkan keinginan orang tuaku. Tujuanku ingin menjadi seorang hakim yang arif, bijaksana, dan bersih. Alternatifnya, aku ingin menjadi seorang dosen dan menjadi ahli hukum, dan jika Allah menghendaki, aku juga ingin menjadi seorang menteri hukum dan HAM dan mengajak seluruh lapisan masyarakat agar sadar dan taat hukum. Dan suatu hari nanti kau akan tahu kawan, betapa indahnya seni hukum jika kau mampu menghayatinya.

Karanganyar, Mendala, Sirampog, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah,

11 September 2010, selesai pukul 21.32 WIB.

Senin, 16 Agustus 2010

Nyetil nang Lapangan Basket

Senin, 16 Agustus 2010
With Pak Tomo

KISS TO PEACE
(Kalehwelas Ipa Sekawan Untuk Kedamaian)

KISS TO PEACE
Best Memories

@ Lapangan Basket









In Action

XII IPA 4 SMANSA PURWODADI 2010/2011

In Action

XII IPA 4 SMANSA PURWODADI 2010/2011

Minggu, 11 Juli 2010

Berhati-Hatilah dengan yang Satu Ini

Minggu, 11 Juli 2010
Assalamualaikum Wr Wb.
Apa kabar hari ini??

Sekadar informasi.
Mungkin beberapa dari anda sudah mengetahui berita tentang kebohongan besar yang dilakukan oleh www.thealquran.com.

Berawal dari sms dari seorang teman yang isinya mengatakan bahwa kita perlu berhati-hati jika membeli Alquran yang dicetak dalam edisi terbaru. Karena ada empat surat palsu ciptaan kafir laknatullah, yaitu: al-iman, al-wasaya, al-tasajud, al-muslimin. Dan jangan membuka situs www.alquran.com (father Zakaria), karena semua isinya adalah palsu.

Seketika hati saya terhenyak. Muncul beragam pertanyaan di kepala saya. Apakah itu benar adanya?? Mengapa ada larangan untuk tidak membuka laman web tsb?? Bagaimana kita bisa mengetahui isinya jika tidak membuka laman web tsb??

Kemudian saya membuka laman www.thealquran.com. Karena salah ketik, maka Google menuntun saya menuju laman yang dimaksud. Ada banyak hasil dari pencarian tersebut. Saya lalu membuka tiga laman sekaligus, yaitu:
- www.thealquran.com
- fakta penipuan di thealquran.com
- salyz.multiply.com

Yang pertama kali saya buka adalah www.thealquran.com. Tahu bahwa laman ini berbahasa Inggris, yang memakan waktu untuk menerjemahkannya, saya mengalihkan ke laman salyz.multiply.com. Isinya sama seperti isi sms dari teman saya.Kemudian saya membuka laman fakta penipuan di thealquran.com. Isinya tentu saja mengulas tentang kekeliruan dan kebohongan di thealquran.com. Saya sarankan anda untuk membukanya sendiri.

Selanjutnya, saya kembali pada laman www.thealquran.com. Lalu saya klik button 'Quranic Errors'. Hasilnya?? Cukup membuat mata saya terbelalak. Kemudian saya mencocokkan penjelasan yang ada pada laman tersebut (yang menurut www.thealquran.com ada ketidakpasan antara penjelasan Alquran dengan sejarah) dengan Alquran terjemah yang saya punya. Ketahuilah saudara-saudaraku, www.thealquran.com telah melakukan suatu kebohongan besar yang sengaja untuk mengelirukan umat Islam.

Menurut saya mereka (www.thealquran.com.red) menggunakan acuan yang salah dalam penjelasan mereka yang seolah-olah ingin menyalahi isi Alquran. Padahal sebagimana telah kita ketahui bahwa Alquran adalah kalam Allah yang benar, tiada cacat celanya, dan selalu dilindungi keasliannya oleh Allah.

Meskipun cukup terlambat bagi saya mengetahui hal ini, tapi tak ada salahnya jika saya menyebarkan berita ini kepada saudara sekalian. Tolong forward ke saudara-saudara anda agar tidak terpedaya.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Wallahu a'lam.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Rabu, 07 Juli 2010

Rabu, 07 Juli 2010

Kamis, 01 Juli 2010

Sadarkah Kamu?

Kamis, 01 Juli 2010
Jauh di dalam lubuk hati gw yg terdalam, sebenrnya nyesek banget nih kalo nginget" nasib bahasa nasional kita, Bahasa Indonesia. Bahasa yg mnurut gw, bahasa paling gampang buat d pelajarin (soalnya gak pake tenses kayak bahasa inggris gitu).
Dewasa ini, orang" udah salah kaprah dalam pemakaian bahasa indonesia, terutama bahasa baku. Tapi, yg bikin stress, jarang banget orang yg nyadar sama kesalahkaprahan itu. Huh,,, ampun deh.
Logikanya, kita kan udah bisa ngomong bahasa indonesia dari kecil, mestinya usia 16 tahun ke atas udah jago dong. Faktanya justru berbanding terbalik. Yg tahu dan yg benar malah dicibir.
Di dunia sekolah, bahasa Indonesia jadi pelajaran yang amat disepelekan. Para siswa bilang sih bahasa Indonesia itu gampang, gak perlu dipelajarin, toh kita udah berbahasa Indonesia dari kecil. Eits, jangan berbangga hati dulu. Justru bahasa Indonesia itu pelajaran yg sulit. Terbukti, kurang titik atau koma aja langsung disalahin. Ribet kan. Contoh konkret lain, saat Ulangan Bahasa Indonesia. Apalagi kalau soalnya pilihan ganda. Yang mereka lakukan hanyalah mengernyitkan dahi. Butuh konsentrasi, kecermatan, ketelitian, dan kemampuan menganalisis yang tinggi untuk ngerjain soal" itu. Kalau udah gini, baru deh mereka nyadar. Bahasa Indonesia memang sulit.
Kesulitan tingkat dua, mengarang. Nah lho, kok bisa? Ya iya lah bisa. Tonton aja tuh temen" kalian kalo dapet tugas mengarang. Apalagi kalo deadlinenya singkat banget. Ada aja alasan buat nolak tuh tugas. Waktunya kurang lah, gak ada ide lah, susah lah. Hmmm, sejatinya mengarang itu hal yg mengasikkan (dari pada maen bola, karna gw gak suka bola).
Kalo gw sih geleng" kepala aja liat tingkah temen" gw yg pesimis itu. Ibaratnya, gagal sebelum bertanding. Sebenernya mereka males aja mikir. Ini nih yg bikin ribet lagi. Indonesia mana mungkin maju kalo generasi mudanya pada males mikir. Gak bakalan ada para pemikir besar yang mendorong Indonesia untuk maju. Padahal majunya suatu negara karena adanya pemikir" besar. (Makin ngelantur aja gw)
Kembali ke benang merah. Intinya butuh kesadaran dari masing" individu tentang pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kalo berbahasa Indonesia yang baik dan benar, kan yang dengerin juga enak.
Satu kalimat untuk kalian semua. Berbahasa Indonesialah yang baik dan benar, karena itulah jati diri kita.

(Jangan marah ngliatin gaya bahasa en tulisan gw yg kelihatan salah kaprah gtu. Gw pke bahasa non baku lisan. Jadi harap maklum yee)

Salam cinta seribu bahasa untuk warga Indonesia.
Allahu Akbar!!!

Sabtu, 26 Juni 2010

dy (Dia)

Sabtu, 26 Juni 2010
dy tag dpt q gapai
dy tg dpt q raih

sgla asa, cnta, dn pngharapan, seakn smwax srna
sjlan dg smwa kkangan yg q trma

tag bskah mreka mngrt dr.q.?
q hny mnusia lmah tag bdaya

q tag ingnkn nui
tp nui dteng bgt jja

tlng jngn pksa q tug jd Xan
q pnya jwa ndri yg sll bcra dg ht

jngn pksa aq krna
aq tag kn sudi lg mlhat.m0e

Jumat, 25 Juni 2010

Aku dan Asaku

Jumat, 25 Juni 2010
Diriku berbicara dengan hati
yang kuungkapkan lewat puisi

Semua bebas terlepas
Membenamkan galau di jiwa

Puas kucurahkan,
Kutanamkan lagi bibit-bibit kebahagiaan
yang nantinya akan kupanen juga

Asa telah membumbungku jauh
ke langit yang tiada berujung

Silau terpaan cahaya kuning keemasan
Melambungkan cita nan cemerlang

Sunggingan senyum terus terpancang
Dari setiap pasang mata yang kulihat

Lagi,
Asa membawaku membumbung jauh ke atas langit

Sang Cinta

Dari sudut matamu
Kugambarkan rautan wajahmu

Parasmu begitu memesona
Menebarakan sejuta karisma yang mendebarkan hati kaum lelaki

Sinar keemasan yang kau pancarkan
Menimbulkan kekuatan sekuat medan sang magnet

Ruang kehampaan yang merindu
Seakan padat merayapi relung cinta dari sang hati

Begitu spontan
Menghenyakkan titik kehidupan

Arti Sebuah Kilauan

Sebongkah cinta menghujam jantung
Pertanda kasih, pertanda sayang
Dunia seakan seindah kilau permata
Guratan nyawa di dalamnya
Membawa hasrat yang terbenam di jiwa
Sungguh tersembunyi

Dari dalam ia menatap penuh kerinduan
Menatap cinta yang
begitu menggelora di dalam jiwa

Aku disini berdiri
Merenung . . .
Seberapa pantaskah bila ku merasakan
kilauan permata itu?
Seberapa kuat jika aku merasakan
dahsyatnya dentuman hati
akibat pancaran kilauan itu?
Sungguh, aku tak sanggup membayangkannya

Sejatinya, aku tak perlu memikirkan permata itu
Aku juga tak perlu membayangkan seperti apa permata itu
Karena, semakin ku bayangkan dan ku pikirkan
Aku tak akan pernah tau seperti apa dan bagaimana
Meskipun begitu,
Aku akan selalu tetap merasakannya


Purwodadi, 13 April 2009
17.39

Serabut-Serabut Romansa

Akar-akar serabut telah menancap di hatiku
Aneh…

Jangankan menyiraminya
Menanampun tidak

Tapi bagaimana mungkin bisa terjadi
Apakah ini takdir?

Akar-akar itu tumbuh kuat
penuh kekuatan

Bagai harmoni indah
Serabut-serabut itu telah menjalar
Di seluruh ruang hampa kerinduan

Ulah Si Boni

Pagi itu Boni tampak kesal sekali. Entah kenapa hari ini ia uring-uringan. Sama bi Ijah, mama, papa dan kak Cella. Seisi rumah tampak bingung. Dia juga nggak ikut sarapan tadi pagi.
Bukan hanya di rumah, tapi juga di sekolah. Semua kekesalannya ia timpakan kepada teman-temannya bahkan para guru juga ia libatkan. Menaruh lem di bangku teman, mengambil buku PR teman, menaruh tikus putih di laci guru, adalah beberapa hal dari kejahilannya. Itu belum seberapa. Masih banyak lagi yang lebih parah. Diapun mendapat hukuman dari Bu Ully, wali kelasnya.
Sepulang sekolah, Boni tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir dulu ke play station dekat sekolahnya. Jam 15.00 dia baru sampai di rumah. Di rumah papa dan mama sudah menunggunya. Baru sampai depan pintu, Boni mendengar suara papa.
“Boni, dari mana saja kamu! Jam segini baru pulang. Papa sama mama ‘tu khawatir!” bentak papa pada Boni.
“I..i..iya, pa. Maaf deh, lain kali enggak.” ungkap Boni lirih.
“Iya. Dan gara-gara kamu juga, kakak jadi enggak bisa maen, deh!” ucap kak Cella dengan nada tinggi.
Lalu, Boni masuk ke kamarnya. Boni membanting pintu kamarnya. Didalam, dia merenung di depan jendela. Dia begitu seksama memperhatikan beberapa anak yang sedang bermain layangan. Dia juga ingin main. Tapi, dia baru saja dimarahi papa. Bagaimana mungkin dia bisa bermain.
Mata Boni tertuju pada kasur berwarna biru bercorak Spiderman miliknya. Badannya sudah tak kuat lagi menyangga tubuhnya yang super besar. Matanya cepat sekali terpejam.
Sudah pukul 17.00. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Alangkah terkejutnya Boni ketika ia melihat papa, mama dan kak Cella berdiri di depan kamarnya membawa sebuah kue tart.
“Ada apa ini? Kok pake bawa kue segala? Emangnya ada yang ulang tahun?” tanya Boni bingung.
“Lho, kamu lupa, ya? Inikan hari ulang tahun kamu, sayang?” ucap mama meyakinkan.
“Iya, masa lupa sih sama ulang tahun sendiri?” ejek kak Cella.
“Ya ‘nggak lah! Masa iya aku lupa. Dari tadi pagi ‘tu aku marah, gara-gara kalian semua lupa sama hari ulang tahunku!” aku Boni.
“Oh, jadi itu yang buat kamu marah dan uring-uringan?” tanya papa.
“He…he…he…” kata Boni.
“Huuuu… dasar kamu!!!” teriak kak Cella.
Kemudian mereka semua memakan kue tart bikinan bi Ijah sampai habis tak tersisa. Kalian tahu kan, siapa yang makan paling banyak???!!?!???!!!!????

Kamis, 24 Juni 2010

Search

Kamis, 24 Juni 2010
klik siputri-tidur.blogspot.com

New Comer

Assalamualaikum....

Selamat datang di PutriTidur.com
Disini anda bisa menikmati tulisan-tulisan yang menghibur.
nantikan postingan berikutnya.
Terima kasih.

Wassalamualaikum...
 
◄Design by Pocket