dy tag dpt q gapai
dy tg dpt q raih
sgla asa, cnta, dn pngharapan, seakn smwax srna
sjlan dg smwa kkangan yg q trma
tag bskah mreka mngrt dr.q.?
q hny mnusia lmah tag bdaya
q tag ingnkn nui
tp nui dteng bgt jja
tlng jngn pksa q tug jd Xan
q pnya jwa ndri yg sll bcra dg ht
jngn pksa aq krna
aq tag kn sudi lg mlhat.m0e
Sabtu, 26 Juni 2010
Jumat, 25 Juni 2010
Aku dan Asaku
Jumat, 25 Juni 2010
Diriku berbicara dengan hati
yang kuungkapkan lewat puisi
Semua bebas terlepas
Membenamkan galau di jiwa
Puas kucurahkan,
Kutanamkan lagi bibit-bibit kebahagiaan
yang nantinya akan kupanen juga
Asa telah membumbungku jauh
ke langit yang tiada berujung
Silau terpaan cahaya kuning keemasan
Melambungkan cita nan cemerlang
Sunggingan senyum terus terpancang
Dari setiap pasang mata yang kulihat
Lagi,
Asa membawaku membumbung jauh ke atas langit
yang kuungkapkan lewat puisi
Semua bebas terlepas
Membenamkan galau di jiwa
Puas kucurahkan,
Kutanamkan lagi bibit-bibit kebahagiaan
yang nantinya akan kupanen juga
Asa telah membumbungku jauh
ke langit yang tiada berujung
Silau terpaan cahaya kuning keemasan
Melambungkan cita nan cemerlang
Sunggingan senyum terus terpancang
Dari setiap pasang mata yang kulihat
Lagi,
Asa membawaku membumbung jauh ke atas langit
Sang Cinta
Dari sudut matamu
Kugambarkan rautan wajahmu
Parasmu begitu memesona
Menebarakan sejuta karisma yang mendebarkan hati kaum lelaki
Sinar keemasan yang kau pancarkan
Menimbulkan kekuatan sekuat medan sang magnet
Ruang kehampaan yang merindu
Seakan padat merayapi relung cinta dari sang hati
Begitu spontan
Menghenyakkan titik kehidupan
Kugambarkan rautan wajahmu
Parasmu begitu memesona
Menebarakan sejuta karisma yang mendebarkan hati kaum lelaki
Sinar keemasan yang kau pancarkan
Menimbulkan kekuatan sekuat medan sang magnet
Ruang kehampaan yang merindu
Seakan padat merayapi relung cinta dari sang hati
Begitu spontan
Menghenyakkan titik kehidupan
Arti Sebuah Kilauan
Sebongkah cinta menghujam jantung
Pertanda kasih, pertanda sayang
Dunia seakan seindah kilau permata
Guratan nyawa di dalamnya
Membawa hasrat yang terbenam di jiwa
Sungguh tersembunyi
Dari dalam ia menatap penuh kerinduan
Menatap cinta yang
begitu menggelora di dalam jiwa
Aku disini berdiri
Merenung . . .
Seberapa pantaskah bila ku merasakan
kilauan permata itu?
Seberapa kuat jika aku merasakan
dahsyatnya dentuman hati
akibat pancaran kilauan itu?
Sungguh, aku tak sanggup membayangkannya
Sejatinya, aku tak perlu memikirkan permata itu
Aku juga tak perlu membayangkan seperti apa permata itu
Karena, semakin ku bayangkan dan ku pikirkan
Aku tak akan pernah tau seperti apa dan bagaimana
Meskipun begitu,
Aku akan selalu tetap merasakannya
Purwodadi, 13 April 2009
17.39
Pertanda kasih, pertanda sayang
Dunia seakan seindah kilau permata
Guratan nyawa di dalamnya
Membawa hasrat yang terbenam di jiwa
Sungguh tersembunyi
Dari dalam ia menatap penuh kerinduan
Menatap cinta yang
begitu menggelora di dalam jiwa
Aku disini berdiri
Merenung . . .
Seberapa pantaskah bila ku merasakan
kilauan permata itu?
Seberapa kuat jika aku merasakan
dahsyatnya dentuman hati
akibat pancaran kilauan itu?
Sungguh, aku tak sanggup membayangkannya
Sejatinya, aku tak perlu memikirkan permata itu
Aku juga tak perlu membayangkan seperti apa permata itu
Karena, semakin ku bayangkan dan ku pikirkan
Aku tak akan pernah tau seperti apa dan bagaimana
Meskipun begitu,
Aku akan selalu tetap merasakannya
Purwodadi, 13 April 2009
17.39
Serabut-Serabut Romansa
Akar-akar serabut telah menancap di hatiku
Aneh…
Jangankan menyiraminya
Menanampun tidak
Tapi bagaimana mungkin bisa terjadi
Apakah ini takdir?
Akar-akar itu tumbuh kuat
penuh kekuatan
Bagai harmoni indah
Serabut-serabut itu telah menjalar
Di seluruh ruang hampa kerinduan
Aneh…
Jangankan menyiraminya
Menanampun tidak
Tapi bagaimana mungkin bisa terjadi
Apakah ini takdir?
Akar-akar itu tumbuh kuat
penuh kekuatan
Bagai harmoni indah
Serabut-serabut itu telah menjalar
Di seluruh ruang hampa kerinduan
Ulah Si Boni
Pagi itu Boni tampak kesal sekali. Entah kenapa hari ini ia uring-uringan. Sama bi Ijah, mama, papa dan kak Cella. Seisi rumah tampak bingung. Dia juga nggak ikut sarapan tadi pagi.
Bukan hanya di rumah, tapi juga di sekolah. Semua kekesalannya ia timpakan kepada teman-temannya bahkan para guru juga ia libatkan. Menaruh lem di bangku teman, mengambil buku PR teman, menaruh tikus putih di laci guru, adalah beberapa hal dari kejahilannya. Itu belum seberapa. Masih banyak lagi yang lebih parah. Diapun mendapat hukuman dari Bu Ully, wali kelasnya.
Sepulang sekolah, Boni tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir dulu ke play station dekat sekolahnya. Jam 15.00 dia baru sampai di rumah. Di rumah papa dan mama sudah menunggunya. Baru sampai depan pintu, Boni mendengar suara papa.
“Boni, dari mana saja kamu! Jam segini baru pulang. Papa sama mama ‘tu khawatir!” bentak papa pada Boni.
“I..i..iya, pa. Maaf deh, lain kali enggak.” ungkap Boni lirih.
“Iya. Dan gara-gara kamu juga, kakak jadi enggak bisa maen, deh!” ucap kak Cella dengan nada tinggi.
Lalu, Boni masuk ke kamarnya. Boni membanting pintu kamarnya. Didalam, dia merenung di depan jendela. Dia begitu seksama memperhatikan beberapa anak yang sedang bermain layangan. Dia juga ingin main. Tapi, dia baru saja dimarahi papa. Bagaimana mungkin dia bisa bermain.
Mata Boni tertuju pada kasur berwarna biru bercorak Spiderman miliknya. Badannya sudah tak kuat lagi menyangga tubuhnya yang super besar. Matanya cepat sekali terpejam.
Sudah pukul 17.00. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Alangkah terkejutnya Boni ketika ia melihat papa, mama dan kak Cella berdiri di depan kamarnya membawa sebuah kue tart.
“Ada apa ini? Kok pake bawa kue segala? Emangnya ada yang ulang tahun?” tanya Boni bingung.
“Lho, kamu lupa, ya? Inikan hari ulang tahun kamu, sayang?” ucap mama meyakinkan.
“Iya, masa lupa sih sama ulang tahun sendiri?” ejek kak Cella.
“Ya ‘nggak lah! Masa iya aku lupa. Dari tadi pagi ‘tu aku marah, gara-gara kalian semua lupa sama hari ulang tahunku!” aku Boni.
“Oh, jadi itu yang buat kamu marah dan uring-uringan?” tanya papa.
“He…he…he…” kata Boni.
“Huuuu… dasar kamu!!!” teriak kak Cella.
Kemudian mereka semua memakan kue tart bikinan bi Ijah sampai habis tak tersisa. Kalian tahu kan, siapa yang makan paling banyak???!!?!???!!!!????
Bukan hanya di rumah, tapi juga di sekolah. Semua kekesalannya ia timpakan kepada teman-temannya bahkan para guru juga ia libatkan. Menaruh lem di bangku teman, mengambil buku PR teman, menaruh tikus putih di laci guru, adalah beberapa hal dari kejahilannya. Itu belum seberapa. Masih banyak lagi yang lebih parah. Diapun mendapat hukuman dari Bu Ully, wali kelasnya.
Sepulang sekolah, Boni tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir dulu ke play station dekat sekolahnya. Jam 15.00 dia baru sampai di rumah. Di rumah papa dan mama sudah menunggunya. Baru sampai depan pintu, Boni mendengar suara papa.
“Boni, dari mana saja kamu! Jam segini baru pulang. Papa sama mama ‘tu khawatir!” bentak papa pada Boni.
“I..i..iya, pa. Maaf deh, lain kali enggak.” ungkap Boni lirih.
“Iya. Dan gara-gara kamu juga, kakak jadi enggak bisa maen, deh!” ucap kak Cella dengan nada tinggi.
Lalu, Boni masuk ke kamarnya. Boni membanting pintu kamarnya. Didalam, dia merenung di depan jendela. Dia begitu seksama memperhatikan beberapa anak yang sedang bermain layangan. Dia juga ingin main. Tapi, dia baru saja dimarahi papa. Bagaimana mungkin dia bisa bermain.
Mata Boni tertuju pada kasur berwarna biru bercorak Spiderman miliknya. Badannya sudah tak kuat lagi menyangga tubuhnya yang super besar. Matanya cepat sekali terpejam.
Sudah pukul 17.00. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Alangkah terkejutnya Boni ketika ia melihat papa, mama dan kak Cella berdiri di depan kamarnya membawa sebuah kue tart.
“Ada apa ini? Kok pake bawa kue segala? Emangnya ada yang ulang tahun?” tanya Boni bingung.
“Lho, kamu lupa, ya? Inikan hari ulang tahun kamu, sayang?” ucap mama meyakinkan.
“Iya, masa lupa sih sama ulang tahun sendiri?” ejek kak Cella.
“Ya ‘nggak lah! Masa iya aku lupa. Dari tadi pagi ‘tu aku marah, gara-gara kalian semua lupa sama hari ulang tahunku!” aku Boni.
“Oh, jadi itu yang buat kamu marah dan uring-uringan?” tanya papa.
“He…he…he…” kata Boni.
“Huuuu… dasar kamu!!!” teriak kak Cella.
Kemudian mereka semua memakan kue tart bikinan bi Ijah sampai habis tak tersisa. Kalian tahu kan, siapa yang makan paling banyak???!!?!???!!!!????
Kamis, 24 Juni 2010
New Comer
Assalamualaikum....
Selamat datang di PutriTidur.com
Disini anda bisa menikmati tulisan-tulisan yang menghibur.
nantikan postingan berikutnya.
Terima kasih.
Wassalamualaikum...
Langganan:
Postingan (Atom)