Selasa, 23 November 2010

35 soal, 3 hari...???

Selasa, 23 November 2010
hari ni tmen sbangku q gag masuk... jadi brasa kyak anak itik yg khilangan induknya... hihihi... tapi gag mslah...
paling gokil wktu pljran matematika... bu guru nyuruh qt ngerjain soal d bku pket... kalo gak salah ada 20 soal... pas jamnya abis, d tnyain tuh ama bu guru... "wis ntuk pirang nomer cah...???" ada tmen q yg jwab..."6 bu... hehe"
"gusti,, 2 jam pljran ki cuma entuk 6 nomer...??? lha nek 30 soal pilgan d tmbah 5 essay rak 3 dina lagi bar wie..??? wegah aq nek mbok kon nunggoni 3 dina..!!" komentar guru q...
yah,, qt sih cuma cengar-cengir aja... dasar taman kaplak-kaplak...!! ckckck...

Sabtu, 20 November 2010

my heart will go on

Sabtu, 20 November 2010
sejujurnya, kuakui aku masih mencintaimu...
tapi, ada satu pertanyaan yang bergelayutan di pikiranku...
kenapa dia begitu lama tak menghubungiku??
kemana dia??
apa dia sudah melupakanku??
apa aku terlalu membuatnya kecewa??
apa dia sudah benar-benar melupakanku??
melupakan janji yang pernah dia ucap padaku??
bodoh memang kalau dulu aku terlalu mempercayainya...
tapi aku sudah telanjur mencintainya...
sulit bagiku menanggalkan cinta ini...
tolonglah,, maafkan keegoisanku...
aku menyesal...
aku begitu merindukan kamu yang dulu...

The Journey of My Aims

Kedokteran. Itulah alasan mengapa aku memilih jurusan IPA saat kelas X SMA. Cita-cita yang begitu lama bertengger di otakku. Cita-cita karena iming-iming menggiurkan yang di torehkan di khayalku.

Yah, meskipun keinginan menjadi dokter telah memudar saat aku duduk di kelas VIII SMP. Saat itu, kutemukan dunia yang aku cari. Dunia yang menggambarkan aku, diriku, karakterku, dan kesukaanku. Jurnalistik. Sesederhana itulah yang aku impikan. Aku begitu terobsesi akan pekerjaan itu. Bagiku itu pekerjaan yang menyenangkan dan tidak membosankan bagiku. Ketika aku mengutarakan keinginanku untuk menjadi jurnalis kepada ayahku, sontak ayahku menolak. Menurut beliau, buat apa kerja berpanas-panasan, berlarian kesana kemari sekadar mencari sebait berita. "Lebih baik cari kerja yang tidak bekerja fisik, bekerja otak, di ruangan ber-AC, di gedung yang nyaman." seingatku, begitu tanggapan beliau. "Tapi, justru itu yang aku cari. Aku suka. Aku pasti bisa, sanggup, dan mampu." begitu kata hatiku.

Kecewa. Pasti. Setidaknya, aku sudah mendapatkan isyarat ketidaksetujuan dari ayahku. Pada akhirnya asa itu hanya kusimpan di relungku yang terdalam. Berbeda dengan ayahku. Ibuku memberi kebebasan padaku tentang asaku. Ibu mendukungku. Itu karena ibuku juga kuliah di bidang tersebut. Aku senang. Setidaknya aku mendapat lampu hijau dari ibuku. Kubiarkan asa itu bertengger di otakku barang sejenak.

Semakin hari keinginan itu semakin kuat hingga aku berada di kursi kelas X SMA. Aku mulai diliputi dilema saat blanko penjurusan ada di tanganku di akhir tahun ajaran. Jurusan mana yang akan aku pilih? Hasil tes IQ-ku menunjukkan angka 107 untuk IPS dan 106 untuk IPA. beda tipis memang, tapi aku disarankan untuk memilih IPA.

Faktanya, aku memang lebih condong ke pelajaran IPA, meskipun nilai Sosiologiku selalu diatas 90. Tapi, diantara mapel IPS, hanya Sosiologi yang aku bisa. Ekonomi, aku bener-bener angkat tangan. Geografi, belajar sampai jungkir balikpun tetep aja nilaiku jeblok. Selain itu, ayahku masih berkeinginan agar aku menjadi dokter. Alhasil, aku memilih jurusan IPA.

Saat pembagian rapor semester 2, aku sempet ketar-ketir juga. Ada perasaan takut jika nantinya aku masik IPS. Aku memang nggak masuk sekolah saat pembagian rapor. Begitu ibuku pulang, aku langsung nanya hasilnya. Ibuku bilang aku naik dan masuk IPA. Girangnya bukan main hatiku. Huh, paling nggak aku nggak tersiksa di sarang IPS. Dan aku senang, karena dengan begitu aku terhindar dari pelajaran Ekonomi. :D

Banyak aral melintang di kelas XI SMA, terutama pada pelajaran Fisika. Bukan karena pelajarannya yang sulit, tapi karena kelasku mendapatkan guru yang kurang mengenakkan cara mengajarnya. Kami memang kurang beruntung. Untungnya masih ada Kepala Sekolahku yang seorang master fisika. Aku dan teman sekelasku berbondong-bondong privat kepada beliau sekalian curhat juga sih.. hehehe).

Memasuki tahun ketiga di kelas XII SMA, aku baru benar-benar merasa sebagai anak IPA. Tidak seperti kelas XI yang masih bisa bermain-main, aku benar-benar dituntut untuk lebih rajin belajar. Jadwal pelajaranku pun juga membuatku merasa menjadi anak IPA, karena aku mendapatkan semua mapel IPA dalam satu hari pada hari-hari tertentu. Awalnya sulit, tapi lama-lama terbiasa dan menyenangkan.

Aku kembali merasakan dilema saat menentukan tujuanku selanjutnya. Jurusan mana yang akan aku pilih di Perguruan Tinggi nanti. Aku mantap memilih Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP dan aku berencana mengambil PMDK. Tapi, aku kecewa karena ternyata jurusan IPA tidak bisa mengambil PMDK di jurusan IPS. Otakku mulai berfikir. Jurusan apa yang akan aku pilih untuk PMDK? Setelah sekian lama berfikir, aku memilih Pendidikan Kimia FIP UNNES dengan alasan orientasi karier. Jadi aku nggak nganggur saat lulus kuliah nanti dan pekerjaanku jelasm sebagai seorang guru. Kuutarakan niat baikku kepada orang tuaku, dan mereka menyambut dengan baik.

Kemarin, saat liburan Idul Adha di Semarang, ibuku bilang ke Pakdheku tentang pilihanku. Kata Pakdheku nggak usah, dan dengan mantapnya mengatakan, "PMDK Kedokteran aja." Orangtuaku tersenyum dan bertanya tentang tanggapanku mengenai hal tersebut. Aku sih cuma cengengesan aja sembari merenung. Pakdheku saja begitu yakin kalau aku mampu, begitu juga ayahku. Masa aku nggak percaya sama diriku sendiri? Di mobil, ayahku meminta kakak sepupuku untuk menasihatiku sembari membujuk secara tidak langsung agar aku mau sekolah di kedokteran.

Di rumah, saat aku mengobrol dengan ayahku tentang perjuangan kita sebagai umat Islam, ayahku berkata, "Kalau mau berjuang itu harus punya uang." Aku pun berfikir, kalu aku hanya menjadi seorang guru, otomatis aku susah jadi orang kaya. Artinya, aku juga bakal susah untuk berjuang dan beramal untuk agama Islam. Akhirnya dengan mengucap bismillahirrahmaanirrahiim, aku memutuskan untuk mengambil PMDK Kedokteran. Semoga Allah memudahkan jalanku. Mengenai asaku yang lain (Ilmu Komunikasi dan Ilmu Hukum), akan ku jadikan alternatif dari kemungkinan terburuk.

Ya Allah, tunjukkanlah yang terbaik bagi hamba. Mudahkanlah urusan hamba di dunia ini. Dan ridhoilah pilihanku ini. Semoga pilihan ini datang sebagai petunjuk dari-Mu Ya Allah. Hanya kepada-Mulah hamba berserah diri. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

 
◄Design by Pocket